Halaman

Permainan Domino Pecahan

Sabtu, 27 April 2013

Alat Peraga Kacamata Peluang

Saat kuliah S1 saya mendapatkan matakuliah workshop matematika. Pada matakuliah ini mahasiswa dituntut untuk membuat alat peraga untuk pembelajaran matematika. Alat peraga ini dibuat secara kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dan disini saya akan mempublikasikan alat peraga yang telah kami buat.

Kacamata Peluang 

 
A.      Alat dan Bahan
       Dalam pembuatan alat peraga Kacamata Pelung  dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:
1.    Alat

a.          Gergaji Besar
b.         Gergaji Kecil
c.          Spidol
d.         Pensil
e.          Palu
f.          Pengaris angka
g.         Gunting
h.         Soldier
i.           Meteran
j.           Mistar
k.         Pisau
l.           Jangka besar
m.       Bor
n.         Obeng


2.      Bahan

a.       Triplek ( 100 cm x 60 cm ) 2 buah
b.      Kayu (330 cm x 5 cm x 1,5 cm)
c.       Lampu  led ( 22 buah; 11 merah dan 11 biru )
d.      Kabel   ( 10 meter )
e.       Saklar  ( 2 buah )
f.       Paku (1,5 cm atau 2 cm)
g.      Lem kayu
h.      List (330 cm)
i.        Perekat (3 meter)
j.        Karpet (50 cm x 15 cm)
k.      Seng (10 cm x 6 cm)
l.        Cat 3 kaleng kecil (merah, putih dan biru)
m.    Tenol (1 meter)
n.      Dinamo ukuran motor tamiya (2 buah)
o.      Resistor
p.      Steker gepeng
q.      Melamin (50 cm x 50 cm)
r.        Batu baterei (4 buah)
s.       Kertas mika
t.        Stiker hitam
  

B.       Prosedur  Pembuatan
Adapun prosedur pembuatan  alat peraga Kacamata Peluang adalah sebagai berikut:
1.         Menyiapkan seluruh alat-alat yang akan digunakan seperti di atas.
2.         Menyiapkan seluruh  bahan - bahan yang akan digunakan.
3.         Membuat desain gambar sesuai rencana.
4.         Menggambar dua buah lingkaran dengan diameter 30 cm di triplek.
5.         Mengecat lingkaran A dengan warna biru dan B dengan warna merah.
6.    Setelah cat pada lingkaran A dan B mengering, mengebor 2 buah triplek berbentuk lingkaran pada pusatnya.
7.       Mengecat bagian triplek yang masih polos dengan warna putih.
8.      Menggambar angka 1 - 12 untuk lingkaran A dan 1 - 10 untuk lingkaran B serta huruf-huruf ”KACAMATA PELUANG” sebagai judul pada stiker.
9.        Menempelkan stiker angka pada lingkaran A dan B serta judul di bagian atas sesuai ketentuan.
10.     Memotong melamin dengan ukuran 4 cm x 3 cm sebanyak 90 buah.
11.    Menandai potongan melamin dengan angka 0 sampai 9 dan tanda tambah, kurang, pembagi, serta tanda sama dengan menggunakan spidol permanen.
12.     Memotong seng dengan ukuran 15 cm x 1 cm (sebagai jarum jam)sebanyak dua buah, 4 cm x 0,5 cm dan 3,5 cm x 0,5 cm masing masing sebanyak 22 buah.
13.     Memasang seng yang berukuran 4 cm x 0,5 cm dan 3,5 cm x 0,5 cm pada lingkaran A dan B (masing-masing bagian yang menuju tiap-tiap angka terdapat dua seng yang terpasang).
14.  Mengecek semua lampu led dengan baterei, setelah keadaan lampu led dapat digunakan kemudian disolder dengan kabel.
15.    Merangkai lampu led pada masing – masing angka di tiap – tiap lingkaran (untuk lingkaran A mulai angka 1 sampai 12, lingkaran B mulai angka 1 sampai 10).
16.  Menghubungkan rangkaian lampu dengan seng pada masing – masing angka di kedua lingkaran.
17.     Menghubungkan rangkaian tersebut pada saklar.
18.    Membuat dua buah jarum yang terbuat dari mika kemudian di lapisi dengan stiker dan pada masing-masing jarum ditempelkan serabut platina.
19.     Memasang dua buah jarum pada dinamo kemudian dihubungkan dengan aliran AC. Setelah itu  rangkaian dihubungkan  dengan saklar.
20.  Menghubungkan kedua rangkaian dinamo pada rangkaian baterei yang sudah dibuat sebelumnya (tiap satu dinamo dihubungkan dengan dua buah baterei).
21.     Finishing yaitu pengecekan semua bagian pada alat peraga terutama lampu dan jarum, apakah sudah dapat beroperasi dengan tepat atau tidak serta penyempurnaan kacamata peluang.
22.     Memasang list pada keliling bagian depan alat peraga dengan menggunakan sekrup.
23.     Alat peraga Kacamata peluang siap untuk digunakan.





C.      Cara Penggunaan
Kacamata Peluang merupakan alat peraga yang didesain untuk memudahkan pemahaman pengguna tentang materi peluang, khususnya pada peluang kejadian majemuk. Pada alat peraga terdapat dua buah jam dimana pada jam A angka dimulai dari 1 sampai 12 sedangkan pada jam B angka dimulai dari 1 sampai 10, yang digunakan untuk memperagakan atau membantu dalam pemahaman tentang peluang, serta terdapat papan perekat yang digunakan untuk menulis peluang dari kejadian jam A maupun jam B.
Penggunaannya cukup mudah. Hal yang paling utama Anda lakukan adalah menghubungkan alat peraga dengan sumber listrik AC, kemudian ingin menjelaskan materi apa:
Jika ingin menjelaskan rumus peluang yaitu P(A) = n/N ,itu dapat dilakukan dengan mudah,misal ingin mencari peluang munculnya angka 2 pada jam B,pertama yang dilakukan pilih on pada jam B,kemudian off-kan ternyata jarum panah menunjukkan angka 8, ulangi langkah tersebut sampai semua angka muncul atau anak panah menunjukkan semua angka. Dalam percobaan tersebut tidak memerhatikan angka yang sudah muncul. Jadi akan terdapat 10 percobaan yang memenuhui kesepuluh angka tersebut. Dari 10 percobaan tersebut angka 2 hanya 1 kali muncul. Jadi bisa ditulis 1 : 10 atau 1/10 , dimana 1 merupakan ‘n’ yaitu jumlah objek yang dicari dan 10 merupakan ‘N’ jumlah semesta yang bersangkutan. Dengan kata lain dapat ditulis P(2) = n/N = 1/10.
  
Gambar.2 Pemahaman rumus peluang
Jika akan menerangkan tentang peluang komplemen suatu kejadian, dapat dilkukan dengan mudah. Misal terdapat soal tentukan peluang munculnya angka genap dan tidak  genap pada jam A, dimisalkan C = kejadian munculnya angka genap pada jam A.(lihat gambar 3)


Gambar.3 Peluang komplemen suatu kejadian
Jika akan menerangkan tentang peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas. Kejadian munculnya angka genap dan angka ganjil pada jam A,merupakan kejadian yang saling lepas. Dan bisa diambil suatu rumus bahwa gabungan dari peluang dua kejadian yang lepas merupakan penjumlahan dari masing-masing peluang kejadian dan dikurangi irisan dari peluang dua kejadian tersebut.

Gambar.4 Peluang dua kejadian yang saling lepas
Kemudian yang bisa diterangkan menggunakan alat peraga kacamata peluang ini adalah peluang kejadian saling bebas, dimisalkan bila terdapat jam A dan B yang diputar secara bersamaan kemudian G1 merupakan kejadian munculnya angka genap pada jam A, G2 merupakan kejadian munculnya angka genap pada jam B dan J1 merupakan kejadian munculnya angka ganjil pada jam A serta J2 merupakan kejadian munculnya angka ganjil pada jam B.
Antara pengambilan G1 dan G2 merupakan kejadian yang saling bebas, dimana kejadian pada G1 tidak brpengaruh pada G2.
Ruang sampel dari kejadian tersebut adalah {(G1,G2),(G1,J2),(G2,G1),(G2,J2)}, dan peluang dari G1 dan G2 adalah 1/4.
Dapat diambil rumus Jika dua kejadian A dan B saling bebas maka peluang terjadinya kedua kejadian tersebut secara bersamaan,yang dinyatakan oleh P(AnB) adalah P(AnB) = P(A) x P(B).
Jadi disini alat peraga digunakan untuk memperjelas dari keadaan nyatanya dan tidak digunakan untuk menentukan hasilnya.

Gambar.5 Peluang dua kejadian yang saling bebas


Kamis, 25 April 2013

PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMP SE-KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA MENGENAI PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran, yang meliputi (1) peran guru matematika dan sekolah dalam pendidikan karakter, (2) implementasi pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan adalah guru matematika SMP/MTs se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan secara interaktif. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara memberikan persepsi bahwa (1) guru dan sekolah berperan penting dalam pendidikan karakter peserta didik. Guru berperan sebagai pemberi teladan, motivator, dan evaluator. Sedangkan peran sekolah seperti membuat tata tertib sekolah, memfasilitasi kegiatan-kegiatan maupun ekstra kurikuler yang dapat mengembangkan karakter siswa dan (2) kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sudah mengintegrasikan pendidikan karakter. Perencanaan pembelajaran dengan menambahkan nilai-nilai karakter dalam pembuatan silabus dan RPP, serta memilih buku ajar, media, dan metode pembelajaran yang mendukung pengembangan karakter siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat nilai-nilai karakter di dalamnya. Evaluasi pembelajaran dengan cara memberikan Pekerjaan Rumah (PR) atau tugas-tugas yang dikerjakan seara individu maupun kelompok dan memberikan ulangan atau tes kepada siswa. Kesulitan guru terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dikarenakan kurangnya sosialisi pengintegrasian pendidikan karakter tersebut.

Kata kunci: persepsi, pengintegrasian, pendidikan karakter, pembelajaran


Pendahuluan

Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan peserta didik. Mutu pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kualitas peserta didik yang rendah pula. Fenomena buruk dalam pendidikan seperti tawuran antar pelajar, siswa mencontek pada saat ulangan, adanya pelajar yang bunuh diri, dan fenomena buruk lainnya itu disebabkan kurangnya penanaman karakter yang kuat dalam diri peserta didik.
Lingkungan sekolah dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa. Segala peristiwa yang terjadi di dalam sekolah semuanya dapat diintegrasikan melalui pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan sebuah usaha bersama dari seluruh warga sekolah untuk menciptakan sebuah kultur baru di sekolah, yaitu kultur pendidikan karakter. Secara langsung, lembaga pendidikan dapat menciptakan sebuah pendekatan pendidikan karakter melalui kurikulum, penegakan disiplin, manajemen kelas, maupun melalui program-program pendidikan yang dirancangnya (Aqib, 2011: 99).
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika. Dalam hal ini guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga harus berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian Mahardi Safarudin, dkk (2009) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya untuk membangun bangsa yang maju dan beradab. Di Indonesia, penerapan pendidikan karakter masih belum berjalan secara efektif. Hal ini terbukti dari tingginya tindak pelanggaran hukum dan moral yang terjadi di masyarakat Indonesia. Selama ini, penerapan pendidikan karakter di Indonesia masih terbatas pada aspek kognitif dengan minim aplikasi terhadap pengembangan karakter yang terjadi di masyarakat. Hal ini menyebabkan siswa menguasai pemahaman emosi sosial sebatas teori di atas kertas ujian tanpa informasi yang cukup tentang penguasaan emosi sosial di masyarakat yang sesungguhnya. Alternatif pendekatan pendidikan yang dapat diterapkan untuk membangun karakter anak adalah melalui pendidikan terpadu berbasiskan karakter. Pendekatan ini menitik beratkan pada peran serta keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan dalam membangun karakter anak.
Widya Ayu Puspita dan Nur Ainy Fardhana (2011) menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan anak usia dini telah dilakukan dengan berbasis karakter, mulai anak datang hingga pulang kemali sarat dengan aktivitas yang mengedepankan karakter. Agar pendidikan karakter berhasil, maka setiap komponen harus turut serta dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter hanya akan berhasil sempurna apabila anak terbiasa dengan karakter mulia dan orang dewasa mampu menjadi model yang baik bagi anak.
Helen R Stiff dan Williams (2010) bahwa dalam pendidikan karakter, proses pengajaran dapat diintegrasikan secara alami dengan menggunakan basis standar kurikulum yang ada disetiap negara. Langkah ini dilakukan karena daripada menambahkan kursus baru ke kurikulum sekolah yang sudah kelebihan beban, lebih baik pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam bidang studi yang secara rutin telah diajarkan melalui semua kelas dan oleh semua guru.
Bambang Suhardjo (2007) memberikan kesimpulan bahwa (1) nilai-nilai moral meliputi disiplin diri, teliti, kejujuran, keberanian, kedamaian, percaya diri, kesucian, kesetiaan, kehormatan, murah hati dan mengasihi, dan keadilan; (2) nilai moral pendidikan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran kooperatif kelompok kecil dengan penanaman nilai; (3) nilai moral pendidikan dalam pembelajaran kelompok  kecil dapat dilakukan melalui proses model. Proses itu harus direncanakan dan dilakukan terus menerus, sehingga hasil dari proses penanaman nilai tersebut dapat didapatkan lebih cepat dan lebih baik; (4) integrasi nilai moral terhadap pendidikan matematika dalam pembelajaran kelompok kecil melalui pertanyaan terbuka dengan banyak jawaban benar.
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran, yang meliputi (1) peran guru matematika dan sekolah dalam pendidikan karakter, (2) implementasi pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru matematika SMP/MTs se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara dari lima sekolah sebanyak 14 guru. Adapun objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru matematika mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan wawancara kepada guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara. Keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil dan Pembahasan
Di bawah ini disajikan hasil angket yang peneliti ajukan kepada 14 guru matematika SMP/MTs kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran.



Tabel 1
No
Item Pernyataan
Banyaknya guru menjawab
SS
S
KS
TS
L
P
L
P
L
P
L
P
1.
Karakter adalah kepribadian atau budi pekerti
1
5
4
4
-
-
-
-
2.
Karakter pelajar Indonesia masih lemah
-
2
2
5
3
1
-
1
3.
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, sehingga mampu mempengaruhi karakter peserta didik
1
-
2
6
-
3
2
-
4.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan
2
3
3
6
-
-
-
-
5.
Keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter
3
8
2
1
-
-
-
-
6.
Selain keluarga, guru dan sekolah juga berperan penting dalam pendidikan karakter
2
3
3
6
-
-
-
-
7.
Pendidikan karakter penting untuk diintegrasikan dalam pembelajaran
-
1
5
8
-
-
-
-
8.
Pembelajaran Matematika menjadi salah satu cara pengintegrasian pendidikan karakter
-
-
5
9
-
-
-
-
9.
Terdapat 20 nilai – nilai karakter untuk SMP, yakni :
a.    Religius
3
8
2
1
-
-
-
-
b.    Jujur
2
8
3
1
-
-
-
-
c.    Bertanggung jawab
2
7
3
2
-
-
-
-
d.   Bergaya hidup sehat
2
4
3
5
-
-
-
-
e.    Disiplin
3
7
2
2
-
-
-
-
f.     Kerja keras
2
4
3
5
-
-
-
-
g.    Percaya diri
2
6
3
3
-
-
-
-
h.    Berjiwa wirausaha
1
3
1
5
3
1
-
-
i.      Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
3
8
1
1
1
-
-
-
j.      Mandiri
2
6
3
3
-
-
-
-
k.    Ingin tahu
2
6
3
3
-
-
-
-
l.      Cinta ilmu
2
6
3
3
-
-
-
-
m.  Sadar akan hak dan kewajiban
2
4
3
5
-
-
-
-
n.    Patuh pada aturan-aturan sosial
2
5
3
4
-
-
-
-
o.    Menghargai karya dan prestasi orang lain
3
6
2
3
-
-
-
-
p.    Santun
3
8
2
1
-
-
-
-
q.    Demokratis
2
6
2
3
1
-
-
-
r.     Mencegah kerusakan lingkungan alam
2
4
3
5
-
-
-
-
s.     Nasionalis
2
6
3
3
-
-
-
-
t.     Menghargai keberagaman
2
5
3
4
-
-
-
-
10.
Pendidikan karakter sudah terintegrasi dalam perencanaan pembelajaran
-
2
4
7
1
-
-
-
11.
Penyusunan Silabus sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
-
2
5
7
-
-
-
-
12.
Tidak ada kesulitan penyusunan silabus yang mengintegrasikan pendidikan karakter
-
-
1
7
4
2

-
13.
Penyusunan RPP sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
-
2
5
7
-
-
-
-
14.
Tidak ada kesulitan penyusunan RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter

-
-
2
7
3
2
-
-
15.
Pemilihan bahan atau buku ajar sudah disesuaikan dengan karakter yang akan dikembangkan
1
2
2
5
2
2
-
-
16.
Media dan metode pembelajaran mendukung perkembangan karakter siswa
1
3
3
6
1
-
-
-
17.
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
-
2
5
7
-
-
-
-
18.
Tidak ada kesulitan dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran
-
-
2
6
3
3
-
-
19.
Kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
-
1
5
8
-
-
-
-
20.
Tidak ada kesulitan dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi)
-
-
3
5
2
4
-
-
21.
Kegiatan penutup dalam pelaksanaan pembelajaran sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
-
-
4
9
1
-
-
-
22.
Tidak ada kesulitan dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam kegiatan penutup pembelajaran
-
-
3
7
2
2
-
-
23.
Kegiatan evaluasi pembelajaran sudah berpedoman pada pendidikan karakter
-
-
5
8
-
1
-
-
24.
Penilaian pembelajaran sudah mempertimbang-kan antara prestasi akademik dan perkembangan karakter siswa
-
2
4
5
1
2
-
-
25.
Pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang baik
-
2
5
6
-
1
-
-
26.
Pemberian punishment kepada siswa yang menunjukkan karakter tidak baik.
-
1
4
5
1
3
-
-
27.
Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran mempengaruhi prestasi akademik dan perkembangan karakter siswa
-
1
5
7
-
1
-
-

Berdasarkan tabel di atas, disajikan pembahasan sebagai berikut:
1.      Persepsi Guru Matematika SMP/MTs Se-Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara mengenai Pentingnya Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran meliputi Peran Guru Matematika dan Sekolah dalam Pembelajaran
Karakter adalah kepribadian atau budi pekerti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai karakter pelajar Indonesia masih lemah. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan karakter secara terpadu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Safarudin, dkk (2009) bahwa di Indonesia, penerapan pendidikan karakter masih belum berjalan secara efektif. Hal ini terbukti dari tingginya tindak pelanggaran hukum dan moral yang terjadi di masyarakat Indonesia. Alternatif pendekatan pendidikan yang dapat diterapkan untuk membangun karakter anak adalah melalui pendidikan terpadu berbasiskan karakter. Pendekatan ini menitik beratkan pada peran serta keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan dalam membangun karakter anak.
Selain keluarga, guru dan sekolah juga berperan penting dalam pendidikan karakter siswa. Peran guru dalam pendidikan karakter seperti memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik, seperti masuk kelas tepat waktu, mengucapkan salam ketika masuk kelas, berpakaian rapi, dan bersikap santun. Selain itu, guru juga berperan sebagai motivator dan menegur siswa jika melakukan kesalahan atau sebagai evaluator.  Sedangkan peran sekolah dalam pengintegrasian pendidikan karakter seperti membuat tata tertib di lingkungan sekolah, memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan karakter siswa seperti ketika masuk ke lingkungan sekolah siswa bersalaman dengan guru piket yang ada di depan sekolah, dan mengadakan ekstra kurikuler yang bersifat keagamaan, pramuka, dan lain sebagainya yang dapat mengembang karakter siswa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Widya Ayu Puspita dan Nur Ainy Fardhana (2011) agar pendidikan karakter berhasil, maka setiap komponen harus turut serta dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter hanya akan berhasil sempurna apabila anak terbiasa dengan karakter mulia dan orang dewasa mampu menjadi model yang baik bagi anak.
2.      Persepsi Guru Matematika SMP/MTs Se-Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara mengenai Implementasi Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran yang meliputi Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Pembelajaran
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, termasuk juga pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Helen R Stiff dan Williams (2010) bahwa dalam pendidikan karakter, proses pengajaran dapat diintegrasikan secara alami dengan menggunakan basis standar kurikulum yang ada disetiap negara. Langkah ini dilakukan karena daripada menambahkan kursus baru ke kurikulum sekolah yang sudah kelebihan beban, lebih baik pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam bidang studi yang secara rutin telah diajarkan melalui semua kelas dan oleh semua guru.
Adapun nilai-nilai karakter yang dikembangkan untuk siswa SMP yaitu religius, jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar akan hak dan kewajiban, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis, mencegah kerusakan lingkungan alam, nasionalis, dan menghargai keberagaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bambang Suhardjo (2007) bahwa nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam pembelajaran matematika meliputi disiplin diri, teliti, kejujuran, keberanian, kedamaian, percaya diri, kesucian, kesetiaan, kehormatan, murah hati dan mengasihi, dan keadilan.
Kegiatan perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan RPP. Silabus dan RPP yang disusun dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan menambahkan nilai-nilai karakter yang diharapkan dari siswa dan penambahan atau memodifikasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian.
Selain itu, pemilihan buku ajar dan penggunaan media serta metode pembelajaran dirasa penting dalam perencanaan pembelajaran. Untuk buku ajar yang digunakan belum sepenuhnya mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya, sehingga guru harus menyusun kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter. Sedangkan media dan metode pembelajaran yang digunakan yang dapat menarik minat siswa, sehingga terjadi adanya timbal balik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 
Dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan yang mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya, seperti guru mengucapkan salam ketika masuk kelas, berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. Hal ini melatih siswa untuk mengembangkan nilai karakter satun dan religius.
Pada kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sudah mengintegrasikan pendidikan karakter. Untuk kegiatan eksplorasi misalnya dengan menyuruh siswa mencari informasi lain yang berhubungan dengan materi pelajaran dari berbagai sumber, kemudian melibatkan peserta didik secara aktif. Karakter yang diharapkan dari kegiatan tersebut yaitu rasa ingin tahu, mandiri, dan berfikir kritis dan kreatif. Untuk kegiatan elaborasi misalnya dengan menyuruh siswa menyelesaikan suatu permasalahan dengan diskusi kelompok, kemudian mempresentasikan dan membuat laporan dari hasil diskusinya tersebut. Karakter yang diharapkan dari kegiatan tersebut yaitu tanggung jawab, kerjasama, berfikir kritis dan kreatif, menghargai karya orang lain. Sedangkan pada kegiatan konfirmasi dengan memberikan konfirmasi terhadap hasil pekerjaan siswa. karakter yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu percaya diri, berfikir logis dan kritis.
Sedangkan kegiatan penutup yang mengintegrasikan pendidikan karakter seperti membuat rangkuman bersama-sama dengan siswa, memberi penilaian terhadap hasil kerja siswa, kemudian berdoa pada akhir pelajaran. Karakter yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu kerjasama, berfikir logis dan kreatif, jujur, dan religius.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran dengan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) atau tugas-tugas yang dikerjakan secara individu maupun kelompok dan memberikan ulangan atau tes  kepada siswa. Pada kegiatan ini, karakter siswa yang diharapkan yaitu bertanggung jawab, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, berfikir logis dan kreatif. Selain itu, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang baik, dan pemberian punishment kepada siswa yang menunjukkan karakter tidak baik dirasa penting dalam mengevaluasi karakter siswa.
Kesulitan guru terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai pengintegrasian pendidikan karakter tersebut. Ada guru yang mengalami kesulitan karena belum sama sekali mengikuti pelatihan tentang pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran, sehingga belum mempunyai keterampilan mengenai pengitegrasian pendidikan karakter. Selain itu, guru yang sudah mengikuti pelatihan pengintegrasian pendidikan karakter melalui MGMP juga ada yang masih mengalami kesulitan. Hal ini karena dalam pelatihan tersebut, hanya terbatas pada pelatihan pembuatan silabus dan RPP saja, sehingga dalam pelaksanaannya masih menemui beberapa kesulitan.

Simpulan dan Saran
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa 1) Guru dan sekolah berperan penting dalam pendidikan karakter peserta didik. Peran guru dalam pendidikan karakter seperti memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik, berperan sebagai motivator dan evaluator. Sedangkan peran sekolah dalam pengintegrasian pendidikan karakter seperti membuat tata tertib di lingkungan sekolah, memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan karakter siswa seperti ketika masuk ke lingkungan sekolah siswa bersalaman dengan guru piket yang ada di depan sekolah, dan mengadakan ekstra kurikuler yang bersifat keagamaan, pramuka, dan lain sebagainya yang dapat mengembang karakter siswa. 2) Guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara sudah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Yang dilakukan dalam perencanaan pembelajaran yaitu menambahkan nilai-nilai karakter dalam pembuatan silabus dan RPP, serta memilih buku ajar, media, dan metode pembelajaran yang mendukung pengembangan karakter siswa. Untuk pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat nilai-nilai karakter di dalamnya berdasarkan perencanaan pembelajaran. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran dengan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) atau tugas-tugas yang dikerjakan secara individu maupun kelompok dan memberikan ulangan atau tes  kepada siswa. Selain itu, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang baik, dan pemberian punishment kepada siswa yang menunjukkan karakter tidak baik dirasa penting dalam mengevaluasi karakter siswa. 3) Terdapat beberapa guru yang masih mengalami kesulitan terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, diajukan saran sebagai berikut:
1.      Kepada kepala sekolah / guru
Bagi para guru yang sudah terampil dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi diharapkan dapat menyampaikan ilmu dan keterampilannya kepada rekan-rekan guru yang lain, yang difasilitasi oleh kepala sekolah. Kepala sekolah memfasilitasi kegiatan tersebut dengan mengadakan pelatihan atau workshop di sekolah oleh guru yang sudah terampil dalam pengintegrasian pendidikan karakter yang ditujukan kepada para guru yang belum terampil.
2.      Kepada peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian lebih lanjut, agar dapat dikaji lebih dalam lagi mengenai penyebab kesulitan guru terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran, sehingga didapatkan solusi-solusi yang baik untuk mengatasi penyebab kesulitan tersebut.

Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter; Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya.
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Puspita, Widya Ayu dan Nur Ainy Fardhana. 2011. Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini”. JPNF. Edisi 8. 131-144.
Safarudin, Mahardi dkk. 2009. Efektivitas Penerapan Pendidikan Karakter di Indonesia dalam Membangun Bangsa yang Maju dan Beradab. PKM: Institut Pertanian Bogor.
Stiff, Helen R dan williams. 2010. Widening the Lens to Teach CharacterEducation Alongside Standards Curriculum. The Clearing House, 83: 115-120.
Suhardjo, Bambang. 2007. “Moral Values in Mathematics Education Through Cooperative Learning”. Logos. 61-70.