Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru
matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian
pendidikan karakter dalam pembelajaran, yang meliputi (1) peran guru matematika
dan sekolah dalam pendidikan karakter, (2) implementasi pengintegrasian
pendidikan karakter dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Informan adalah guru matematika SMP/MTs se-kecamatan Welahan
kabupaten Jepara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan
wawancara. Teknik analisis data dilakukan secara interaktif. Keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini guru matematika SMP
se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara memberikan persepsi bahwa (1) guru dan
sekolah berperan penting dalam pendidikan karakter peserta didik. Guru berperan sebagai pemberi teladan, motivator, dan evaluator. Sedangkan
peran sekolah seperti membuat tata tertib sekolah, memfasilitasi
kegiatan-kegiatan maupun ekstra kurikuler yang dapat mengembangkan karakter
siswa dan (2) kegiatan pembelajaran yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sudah
mengintegrasikan pendidikan karakter. Perencanaan pembelajaran dengan
menambahkan nilai-nilai karakter dalam pembuatan silabus dan RPP, serta memilih
buku ajar, media, dan metode pembelajaran yang mendukung pengembangan karakter
siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang terdapat nilai-nilai karakter di dalamnya. Evaluasi
pembelajaran dengan cara memberikan Pekerjaan Rumah (PR) atau tugas-tugas yang
dikerjakan seara individu maupun kelompok dan memberikan ulangan atau tes
kepada siswa. Kesulitan guru terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran dikarenakan kurangnya sosialisi pengintegrasian pendidikan
karakter tersebut.
Kata kunci: persepsi, pengintegrasian, pendidikan
karakter, pembelajaran
Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah
satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan peserta didik.
Mutu pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kualitas peserta didik yang
rendah pula. Fenomena buruk dalam pendidikan seperti tawuran antar pelajar,
siswa mencontek pada saat ulangan, adanya pelajar yang bunuh diri, dan fenomena
buruk lainnya itu disebabkan kurangnya penanaman karakter yang kuat dalam diri
peserta didik.
Lingkungan
sekolah dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan karakter
siswa. Segala peristiwa yang terjadi di dalam sekolah semuanya dapat
diintegrasikan melalui pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan
karakter merupakan sebuah usaha bersama dari seluruh warga sekolah untuk
menciptakan sebuah kultur baru di sekolah, yaitu kultur pendidikan karakter.
Secara langsung, lembaga pendidikan dapat menciptakan sebuah pendekatan pendidikan
karakter melalui kurikulum, penegakan disiplin, manajemen kelas, maupun melalui
program-program pendidikan yang dirancangnya (Aqib, 2011: 99).
Pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, termasuk pada
mata pelajaran matematika. Dalam hal ini guru tidak hanya bertugas untuk
menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga harus berperan aktif dalam
menanamkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian Mahardi
Safarudin, dkk (2009) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki peranan
yang sangat strategis dalam upaya untuk membangun bangsa yang maju dan beradab.
Di Indonesia, penerapan pendidikan karakter masih belum berjalan secara
efektif. Hal ini terbukti dari tingginya tindak pelanggaran hukum dan moral
yang terjadi di masyarakat Indonesia. Selama ini, penerapan pendidikan karakter
di Indonesia masih terbatas pada aspek kognitif dengan minim aplikasi terhadap
pengembangan karakter yang terjadi di masyarakat. Hal ini menyebabkan siswa
menguasai pemahaman emosi sosial sebatas teori di atas kertas ujian tanpa
informasi yang cukup tentang penguasaan emosi sosial di masyarakat yang
sesungguhnya. Alternatif pendekatan pendidikan yang
dapat diterapkan untuk membangun karakter anak adalah melalui pendidikan
terpadu berbasiskan karakter. Pendekatan ini menitik beratkan pada peran serta
keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan dalam membangun karakter anak.
Widya
Ayu Puspita dan Nur Ainy Fardhana (2011) menyatakan bahwa pada dasarnya
pendidikan anak usia dini telah dilakukan dengan berbasis karakter, mulai anak
datang hingga pulang kemali sarat dengan aktivitas yang mengedepankan karakter.
Agar pendidikan karakter berhasil, maka setiap komponen harus turut serta dan
bertanggung jawab. Pendidikan karakter hanya akan berhasil sempurna apabila
anak terbiasa dengan karakter mulia dan orang dewasa mampu menjadi model yang
baik bagi anak.
Helen
R Stiff dan Williams (2010) bahwa dalam pendidikan karakter, proses pengajaran
dapat diintegrasikan secara alami dengan menggunakan basis standar kurikulum
yang ada disetiap negara. Langkah ini dilakukan karena daripada menambahkan
kursus baru ke kurikulum sekolah yang sudah kelebihan beban, lebih baik
pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam bidang studi yang secara rutin
telah diajarkan melalui semua kelas dan oleh semua guru.
Bambang
Suhardjo (2007) memberikan kesimpulan bahwa (1) nilai-nilai moral meliputi
disiplin diri, teliti, kejujuran, keberanian, kedamaian, percaya diri,
kesucian, kesetiaan, kehormatan, murah hati dan mengasihi, dan keadilan; (2)
nilai moral pendidikan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran kooperatif
kelompok kecil dengan penanaman nilai; (3) nilai moral pendidikan dalam
pembelajaran kelompok kecil dapat
dilakukan melalui proses model. Proses itu harus direncanakan dan dilakukan
terus menerus, sehingga hasil dari proses penanaman nilai tersebut dapat
didapatkan lebih cepat dan lebih baik; (4) integrasi nilai moral terhadap
pendidikan matematika dalam pembelajaran kelompok kecil melalui pertanyaan
terbuka dengan banyak jawaban benar.
Fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru matematika SMP
se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan
karakter dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan persepsi guru matematika SMP se-kecamatan Welahan
kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran, yang meliputi (1) peran guru matematika dan sekolah dalam
pendidikan karakter, (2) implementasi pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran.
Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru
matematika SMP/MTs se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara dari lima sekolah
sebanyak 14 guru. Adapun objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru
matematika mengenai pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan wawancara kepada
guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara. Keabsahan datanya menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data dilakukan
dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Hasil dan Pembahasan
Di
bawah ini disajikan hasil angket yang peneliti ajukan kepada 14 guru matematika
SMP/MTs kecamatan Welahan kabupaten Jepara mengenai pengintegrasian pendidikan
karakter dalam pembelajaran.
Tabel 1
No
|
Item Pernyataan
|
Banyaknya guru menjawab
|
|||||||
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
||||||
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
||
1.
|
Karakter adalah kepribadian atau budi pekerti
|
1
|
5
|
4
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Karakter pelajar Indonesia masih lemah
|
-
|
2
|
2
|
5
|
3
|
1
|
-
|
1
|
3.
|
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan
oleh guru, sehingga mampu mempengaruhi karakter peserta didik
|
1
|
-
|
2
|
6
|
-
|
3
|
2
|
-
|
4.
|
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan
|
2
|
3
|
3
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
Keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter
|
3
|
8
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6.
|
Selain keluarga, guru dan sekolah juga berperan penting
dalam pendidikan karakter
|
2
|
3
|
3
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
Pendidikan karakter penting untuk diintegrasikan dalam
pembelajaran
|
-
|
1
|
5
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
Pembelajaran Matematika menjadi salah satu cara
pengintegrasian pendidikan karakter
|
-
|
-
|
5
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9.
|
Terdapat 20 nilai – nilai karakter untuk SMP, yakni :
|
||||||||
a.
Religius
|
3
|
8
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
b.
Jujur
|
2
|
8
|
3
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
c.
Bertanggung jawab
|
2
|
7
|
3
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
d.
Bergaya hidup sehat
|
2
|
4
|
3
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
e.
Disiplin
|
3
|
7
|
2
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
f.
Kerja keras
|
2
|
4
|
3
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
g.
Percaya diri
|
2
|
6
|
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
h.
Berjiwa wirausaha
|
1
|
3
|
1
|
5
|
3
|
1
|
-
|
-
|
|
i.
Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
|
3
|
8
|
1
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
|
j.
Mandiri
|
2
|
6
|
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
k.
Ingin tahu
|
2
|
6
|
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
l.
Cinta ilmu
|
2
|
6
|
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
m.
Sadar akan hak dan kewajiban
|
2
|
4
|
3
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
n.
Patuh pada aturan-aturan sosial
|
2
|
5
|
3
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
o.
Menghargai karya dan prestasi orang lain
|
3
|
6
|
2
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
p.
Santun
|
3
|
8
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
q.
Demokratis
|
2
|
6
|
2
|
3
|
1
|
-
|
-
|
-
|
|
r.
Mencegah kerusakan lingkungan alam
|
2
|
4
|
3
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
s.
Nasionalis
|
2
|
6
|
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
t.
Menghargai keberagaman
|
2
|
5
|
3
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
10.
|
Pendidikan karakter sudah terintegrasi dalam perencanaan
pembelajaran
|
-
|
2
|
4
|
7
|
1
|
-
|
-
|
-
|
11.
|
Penyusunan Silabus sudah mengintegrasikan pendidikan
karakter
|
-
|
2
|
5
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12.
|
Tidak ada kesulitan penyusunan silabus yang
mengintegrasikan pendidikan karakter
|
-
|
-
|
1
|
7
|
4
|
2
|
-
|
|
13.
|
Penyusunan RPP sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
|
-
|
2
|
5
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14.
|
Tidak ada kesulitan penyusunan RPP yang mengintegrasikan
pendidikan karakter
|
-
|
-
|
2
|
7
|
3
|
2
|
-
|
-
|
15.
|
Pemilihan bahan atau buku ajar sudah disesuaikan dengan
karakter yang akan dikembangkan
|
1
|
2
|
2
|
5
|
2
|
2
|
-
|
-
|
16.
|
Media dan metode pembelajaran mendukung perkembangan
karakter siswa
|
1
|
3
|
3
|
6
|
1
|
-
|
-
|
-
|
17.
|
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sudah
mengintegrasikan pendidikan karakter
|
-
|
2
|
5
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
18.
|
Tidak ada kesulitan dalam pengintegrasian pendidikan
karakter dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran
|
-
|
-
|
2
|
6
|
3
|
3
|
-
|
-
|
19.
|
Kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran (eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi) sudah mengintegrasikan pendidikan karakter
|
-
|
1
|
5
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
20.
|
Tidak ada kesulitan dalam pengintegrasian pendidikan
karakter dalam kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi)
|
-
|
-
|
3
|
5
|
2
|
4
|
-
|
-
|
21.
|
Kegiatan penutup dalam pelaksanaan pembelajaran sudah
mengintegrasikan pendidikan karakter
|
-
|
-
|
4
|
9
|
1
|
-
|
-
|
-
|
22.
|
Tidak ada kesulitan dalam pengintegrasian pendidikan
karakter dalam kegiatan penutup pembelajaran
|
-
|
-
|
3
|
7
|
2
|
2
|
-
|
-
|
23.
|
Kegiatan evaluasi pembelajaran sudah berpedoman pada
pendidikan karakter
|
-
|
-
|
5
|
8
|
-
|
1
|
-
|
-
|
24.
|
Penilaian pembelajaran sudah mempertimbang-kan antara
prestasi akademik dan perkembangan karakter siswa
|
-
|
2
|
4
|
5
|
1
|
2
|
-
|
-
|
25.
|
Pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter
yang baik
|
-
|
2
|
5
|
6
|
-
|
1
|
-
|
-
|
26.
|
Pemberian punishment kepada siswa yang menunjukkan
karakter tidak baik.
|
-
|
1
|
4
|
5
|
1
|
3
|
-
|
-
|
27.
|
Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
mempengaruhi prestasi akademik dan perkembangan karakter siswa
|
-
|
1
|
5
|
7
|
-
|
1
|
-
|
-
|
Berdasarkan tabel di atas, disajikan
pembahasan sebagai berikut:
1.
Persepsi Guru
Matematika SMP/MTs Se-Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara mengenai Pentingnya
Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran meliputi Peran Guru
Matematika dan Sekolah dalam Pembelajaran
Karakter
adalah kepribadian atau budi pekerti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
nilai karakter pelajar Indonesia masih lemah. Oleh karena itu, diperlukan
pendidikan karakter secara terpadu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Safarudin,
dkk (2009) bahwa di Indonesia, penerapan pendidikan karakter masih belum
berjalan secara efektif. Hal ini terbukti dari tingginya tindak pelanggaran
hukum dan moral yang terjadi di masyarakat Indonesia. Alternatif
pendekatan pendidikan yang dapat diterapkan untuk membangun karakter anak
adalah melalui pendidikan terpadu berbasiskan karakter. Pendekatan ini menitik
beratkan pada peran serta keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan dalam
membangun karakter anak.
Selain keluarga, guru dan
sekolah juga berperan penting dalam pendidikan karakter siswa. Peran guru dalam
pendidikan karakter seperti memberikan teladan atau contoh yang baik kepada
peserta didik, seperti masuk kelas tepat waktu, mengucapkan salam ketika masuk
kelas, berpakaian rapi, dan bersikap santun. Selain itu, guru juga berperan
sebagai motivator dan menegur siswa jika melakukan kesalahan atau sebagai
evaluator. Sedangkan peran sekolah dalam
pengintegrasian pendidikan karakter seperti membuat tata tertib di lingkungan
sekolah, memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan karakter
siswa seperti ketika masuk ke lingkungan sekolah siswa bersalaman dengan guru
piket yang ada di depan sekolah, dan mengadakan ekstra kurikuler yang bersifat
keagamaan, pramuka, dan lain sebagainya yang dapat mengembang karakter siswa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Widya
Ayu Puspita dan Nur Ainy Fardhana (2011) agar pendidikan karakter berhasil,
maka setiap komponen harus turut serta dan bertanggung jawab. Pendidikan
karakter hanya akan berhasil sempurna apabila anak terbiasa dengan karakter
mulia dan orang dewasa mampu menjadi model yang baik bagi anak.
2.
Persepsi Guru
Matematika SMP/MTs Se-Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara mengenai Implementasi
Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran yang meliputi
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Pembelajaran
Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, termasuk juga
pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Helen R Stiff dan Williams (2010) bahwa dalam pendidikan
karakter, proses pengajaran dapat diintegrasikan secara alami dengan
menggunakan basis standar kurikulum yang ada disetiap negara. Langkah ini
dilakukan karena daripada menambahkan kursus baru ke kurikulum sekolah yang
sudah kelebihan beban, lebih baik pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam
bidang studi yang secara rutin telah diajarkan melalui semua kelas dan oleh
semua guru.
Adapun
nilai-nilai karakter yang dikembangkan untuk siswa SMP yaitu religius, jujur,
bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri,
berjiwa wirausaha, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri,
ingin tahu, cinta ilmu, sadar akan hak dan kewajiban, patuh pada aturan-aturan
sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis, mencegah
kerusakan lingkungan alam, nasionalis, dan menghargai keberagaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bambang Suhardjo
(2007) bahwa nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam pembelajaran matematika
meliputi disiplin diri, teliti, kejujuran, keberanian, kedamaian, percaya diri,
kesucian, kesetiaan, kehormatan, murah hati dan mengasihi, dan keadilan.
Kegiatan
perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan RPP. Silabus dan RPP
yang disusun dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan menambahkan
nilai-nilai karakter yang diharapkan dari siswa dan penambahan atau
memodifikasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian.
Selain
itu, pemilihan buku ajar dan penggunaan media serta metode pembelajaran dirasa
penting dalam perencanaan pembelajaran. Untuk buku ajar yang digunakan belum
sepenuhnya mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya, sehingga guru
harus menyusun kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter.
Sedangkan media dan metode pembelajaran yang digunakan yang dapat menarik minat
siswa, sehingga terjadi adanya timbal balik antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup. Kegiatan pendahuluan yang mengintegrasikan pendidikan karakter di
dalamnya, seperti guru mengucapkan salam ketika masuk kelas, berdoa bersama
sebelum pelajaran dimulai. Hal ini melatih siswa untuk mengembangkan nilai
karakter satun dan religius.
Pada
kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sudah
mengintegrasikan pendidikan karakter. Untuk kegiatan eksplorasi misalnya dengan
menyuruh siswa mencari informasi lain yang berhubungan dengan materi pelajaran
dari berbagai sumber, kemudian melibatkan peserta didik secara aktif. Karakter
yang diharapkan dari kegiatan tersebut yaitu rasa ingin tahu, mandiri, dan
berfikir kritis dan kreatif. Untuk kegiatan elaborasi misalnya dengan menyuruh
siswa menyelesaikan suatu permasalahan dengan diskusi kelompok, kemudian
mempresentasikan dan membuat laporan dari hasil diskusinya tersebut. Karakter
yang diharapkan dari kegiatan tersebut yaitu tanggung jawab, kerjasama,
berfikir kritis dan kreatif, menghargai karya orang lain. Sedangkan pada
kegiatan konfirmasi dengan memberikan konfirmasi terhadap hasil pekerjaan
siswa. karakter yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu percaya diri, berfikir
logis dan kritis.
Sedangkan
kegiatan penutup yang mengintegrasikan pendidikan karakter seperti membuat
rangkuman bersama-sama dengan siswa, memberi penilaian terhadap hasil kerja
siswa, kemudian berdoa pada akhir pelajaran. Karakter yang diharapkan dari
kegiatan ini yaitu kerjasama, berfikir logis dan kreatif, jujur, dan religius.
Dalam
kegiatan evaluasi pembelajaran dengan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) atau
tugas-tugas yang dikerjakan secara individu maupun kelompok dan memberikan
ulangan atau tes kepada siswa. Pada
kegiatan ini, karakter siswa yang diharapkan yaitu bertanggung jawab, jujur,
disiplin, kerja keras, mandiri, berfikir logis dan kreatif. Selain itu,
pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang baik, dan
pemberian punishment kepada siswa yang menunjukkan karakter tidak baik dirasa
penting dalam mengevaluasi karakter siswa.
Kesulitan
guru terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran
dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai pengintegrasian pendidikan karakter
tersebut. Ada guru yang mengalami kesulitan karena belum sama sekali mengikuti
pelatihan tentang pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran,
sehingga belum mempunyai keterampilan mengenai pengitegrasian pendidikan
karakter. Selain itu, guru yang sudah mengikuti pelatihan pengintegrasian
pendidikan karakter melalui MGMP juga ada yang masih mengalami kesulitan. Hal
ini karena dalam pelatihan tersebut, hanya terbatas pada pelatihan pembuatan
silabus dan RPP saja, sehingga dalam pelaksanaannya masih menemui beberapa
kesulitan.
Simpulan dan Saran
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa 1) Guru dan
sekolah berperan penting dalam pendidikan karakter peserta didik. Peran guru
dalam pendidikan karakter seperti memberikan teladan atau contoh yang baik
kepada peserta didik, berperan sebagai motivator dan evaluator. Sedangkan peran
sekolah dalam pengintegrasian pendidikan karakter seperti membuat tata tertib
di lingkungan sekolah, memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan
karakter siswa seperti ketika masuk ke lingkungan sekolah siswa bersalaman dengan
guru piket yang ada di depan sekolah, dan mengadakan ekstra kurikuler yang
bersifat keagamaan, pramuka, dan lain sebagainya yang dapat mengembang karakter
siswa. 2) Guru matematika SMP se-kecamatan Welahan kabupaten Jepara sudah
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Yang dilakukan dalam
perencanaan pembelajaran yaitu menambahkan nilai-nilai karakter dalam pembuatan
silabus dan RPP, serta memilih buku ajar, media, dan metode pembelajaran yang
mendukung pengembangan karakter siswa. Untuk pelaksanaan pembelajaran dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat nilai-nilai karakter di
dalamnya berdasarkan perencanaan pembelajaran. Sedangkan dalam kegiatan
evaluasi pembelajaran dengan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) atau tugas-tugas
yang dikerjakan secara individu maupun kelompok dan memberikan ulangan atau
tes kepada siswa. Selain itu, pemberian
reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang baik, dan pemberian
punishment kepada siswa yang menunjukkan karakter tidak baik dirasa penting
dalam mengevaluasi karakter siswa. 3) Terdapat beberapa guru yang masih
mengalami kesulitan terhadap pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian,
diajukan saran sebagai berikut:
1.
Kepada kepala sekolah
/ guru
Bagi
para guru yang sudah terampil dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
diharapkan dapat menyampaikan ilmu dan keterampilannya kepada rekan-rekan guru
yang lain, yang difasilitasi oleh kepala sekolah. Kepala sekolah memfasilitasi
kegiatan tersebut dengan mengadakan pelatihan atau workshop di sekolah oleh guru
yang sudah terampil dalam pengintegrasian pendidikan karakter yang ditujukan
kepada para guru yang belum terampil.
2.
Kepada peneliti
selanjutnya
Kepada
peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian lebih lanjut, agar
dapat dikaji lebih dalam lagi mengenai penyebab kesulitan guru terhadap
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran, sehingga didapatkan
solusi-solusi yang baik untuk mengatasi penyebab kesulitan tersebut.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan
Karakter; Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya.
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Puspita, Widya Ayu dan Nur Ainy Fardhana. 2011. Pendidikan
Karakter bagi Anak Usia Dini”. JPNF.
Edisi 8. 131-144.
Safarudin, Mahardi dkk. 2009. Efektivitas Penerapan Pendidikan Karakter di
Indonesia dalam Membangun Bangsa yang Maju dan Beradab. PKM: Institut
Pertanian Bogor.
Stiff, Helen R dan williams. 2010. Widening the Lens to
Teach CharacterEducation Alongside Standards Curriculum. The Clearing
House, 83: 115-120.
Suhardjo, Bambang. 2007. “Moral Values in
Mathematics Education Through Cooperative Learning”. Logos. 61-70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar